Diet Ketogenic Apakah itu dan Benarkah Efektif Bagian 2

Diet Ketogenic Apakah itu dan Benarkah Efektif Bagian 2
Juli 3, 2024 fitnessindonesia
Tips menurunkan berat badan

Di bagian sebelumnya, kita telah memulai pembahasan kita mengenai diet “ketogenic”, khususnya definisi dan prinsip/teori dasar di baliknya. Namun, pertanyaannya masih sama. Apakah diet ini efektif dalam mencapai tujuannya, pembakaran lemak? Lebih efektif dari diet lain dengan tujuan sama? Mari kita lihat apa kata hasil penelitian yang ada.

Penelitian Perbandingan Berbagai Strategi Diet

Salah satu studi oleh Veldhorst dan timnya di tahun 2010 (1) secara spesifik melihat efek dari proporsi konsumsi karbohidrat dan lemak terhadap pengeluaran energi, pengendalian nafsu makan, dan oksidasi lemak ketika protein dijaga konstan.

Studi ini menggunakan 45 subjek sehat (20 pria, 25 wanita) dengan umur 18-40 tahun. Mereka dibagi ke dalam 2 kelompok dan setiap subjek mendapatkan 2 macam diet. Subjek di grup 1 menerima diet protein tinggi (30% protein, 40% karbohidrat, 30% lemak) dan diet protein normal (10% protein, 60% karbohidrat, 30% lemak). Grup 2 mengikuti diet protein tinggi tanpa karbohidrat (30% protein, 0% karbohidrat, 70% lemak) dan diet normal (10% protein, 60% karbohidrat, dan 30% lemak). Setiap metode diet (di kelompok/grup yang sama) dipisahkan selama 4 minggu. Berikut adalah hasilnya:

Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada profil pengendalian nafsu makan, pengeluaran energi, dan oksidasi lemak di antara 2 grup dengan diet normal (protein 10%).

Rasa lapar menurun pada kedua grup dengan diet protein tinggi, tapi hasil lebih tinggi dicapai pada kelompok diet protein tinggi tanpa karbohidrat.

Pengeluaran energi 4% lebih tinggi pada diet protein tinggi dibandingkan dengan diet normal. Namun, pengeluaran energi lebih tinggi pada kelompok diet protein tinggi dengan karbohidrat dibandingkan tanpa karbohidrat

Baca Juga  (RESEARCH REVIEW) - KONSUMSI PROTEIN, SEBERAPAKAH YANG CUKUP?

Penelitian di atas menunjukkan bahwa tidak ada keunggulan metabolik signifikan yang dicapai dengan menyingkirkan karbohidrat 100% dari diet sebagaimana tampak pada diet “ketogenic”. Di sisi lain, konsumsi protein memiliki pengaruh positif terhadap pengeluaran energi.

Studi lain yang patut dilihat juga adalah dari Johnston dan timnya di tahun 2006 (2), yang mencari tahu perbandingan metabolik antara diet “ketogenic” dan diet rendah karbohidrat yang “non-ketogenic”, menyimpulkan bahwa kedua diet sama efektifnya dalam menurunkan berat badan pada subjek yang kegemukan.

Apa Artinya?

Diet “Ketogenic” adalah salah satu strategi yang mungkin untuk pembakaran lemak. Namun, tidak seperti klaim atau kepercayaan para pengikut diet ini, diet “ketogenic” belum terbukti cukup kuat bahwa diet ini lebih efektif dibandingkan diet lain, dengan catatan konsumsi kalori dan protein tetap sama. Diet “Ketogenic” juga mungkin tidak cocok untuk atlit yang menjalani latihan intensitas tinggi (seperti atlit angkat berat atau powerlifter).

Bentuk lain dari diet “ketogenic” seperti diet ketogenic bersiklus mungkin berguna tapi tidak mutlak diperlukan. Apabila performa olahraga bukanlah faktor penting, diet “ketogenic” mungkin memberikan pengendalian nafsu makan lebih baik.

Akhir kata, seperti banyak hal lain dalam fitness, apa yang cocok seringkali merupakan solusi individual.

Comments (0)

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*