
Saya yakin anda sudah sering mendengar soal HIIT, bagaimana metode latihan kardio tersebut begitu superior dalam membakar lemak, meningkatkan metabolisme, dan sebagai-bagainya. Namun, ketika saya “mengunjungi” kembali dan membaca dengan seksama sebuah studi lama yang sangat (atau bahkan paling) terkenal dan populer dalam hal HIIT, saya menemukan beberapa kejanggalan. Berikut adalah “pembedahan” saya (Sekedar sharing – anda bisa setuju atau tidak ).
Pembedahan terhadap studi terkenal HIIT oleh Tremblay et al (1994) – “Impact of Exercise Intensity on Body Fatness and Skeletal Muscle Metabolism”.
Seperti yang saya katakan, ini adalah studi yang paling sering dan populer dikutip oleh para pendukung HIIT. Di studi ini, para peneliti membandingkan efek dari 2 metode latihan pada kadar lemak dan metabolisme jaringan otot. Pria dan wanita muda melakukan antara “endurance training” selama 20 minggu (grup ET) atau 15 minggu “HIIT training” (Grup HIIT). Rata-rata pengeluaran energi untuk grup ET adalah 120.4mJ, sementara di grup HIIT, rata-rata tersebut hanyalah 57.9mJ. Tapi, penurunan kadar lemak (yang diukur dengan skinfold method lebih besar pada HIIT grup 9 kali dibandingkan dengan grup ET (Dasar argumen para “fitness guru” di luar sana).
Wow! Sounds great! So, apa masalahnya? HIIT 9x lebih efektif daripada metode konvensional. Masalahnya adalah banyaknya lubang dan kejanggalan pada desain studi ini, sehingga 9x adalah angka yang jauh melebih angka sebenarnya.
Pertama, yang jelas tidak ada pengaturan diet dalam bentuk apapun pada studi ini, yang sebenarnya membuat semua hasil penelitian ini diragukan, secara diet memiliki peranan jauh lebih besar dibandingkan kardio dalam metode/bentuk apapun untuk mengubah kadar lemak tubuh. Ditambah lagi, kedua grup tidak mengalami penurunan berat badan secara signifikan ketika masa penelitian, mengindikasikan para subjek tes mengkompensasi peningkatan pengeluaran energi mereka dengan makan lebih banyak. Plus, para peneliti tidak menghiraukan perbedaan pengeluaran energi pada kedua grup.
“Lubang” lainnya adalah metode pengukuran lemaknya. Walaupun skinfold method umum digunakan di gym atau secara personal, metode ini bukanlah metode yang diakui secara umum untuk taraf penelitian. DEXA atau penimbangan di bawah air merupakan metode yang lebih diakui pada taraf penelitian. Bicara soal skinfold method, pengukuran pada grup HIIT menurun sebanyak 13.9mm (total dari 6 titik pengukuran) sementara gup ET hanya 4.5mm (9.4mm total dari 6 titik selama 15 minggu. Berarti, perbedaan sebanyak kurang dari 0.3mm untuk setiap titik dalam waktu 1 bulan (4 minggu). Ini adalah perbedaan sangat kecil yang tidak perlu diagung-agungkan sama sekali!
Tapi ini adalah “kesalahan fatal”-nya. Di grup ET, pengukuran skinfold pada tangan dan kaki meningkat sementara menurun di badan yang menunjukkan adanya kemungkinan “error” yang besar pada pengukuran ini secara hal ini sangatlah tidak umum. Jadi, dengan adanya kemungkinan “error” disini, lebih mungkin bahwa “penampakan” bahwa HIIT 9x lebih bagus daripada metode konvensional hanyalah kebetulan yang disebabkan oleh desain penelitian yang kurang solid.
Jadi, lain kali seorang fitness guru mengatakan kepada anda HIIT 9x lebih efektif daripada kardio biasa. Share saja post ini!
PS: Agar anda tidak kelewatan tips dan info lainnya soal pola latihan yang efektif dalam menurunkan berat badan dan kadar lemak tubuh, pastikan anda terus mengikuti update informasi tentang kesehatan dari kami Fitness Indonesia.
Salam,
Coach Tobias (@CoachTobiasIndo) – 0878-8410-3904/2A9F0CF0
Fitness Indonesia – “The Indonesia’s Only Fitness Service Provider with 30-Day Money Back Guarantee”
“Fitness Indonesia – We Deliver Excellent Results with Commitment”
Referensi
(1) Tremblay A et al. Impact of Exercise Intensity on Body Fatness and Skeletal Muscle Metabolism. Metabolism. 1994.